TERASMANADO.COM, Manado – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sulawesi Utara (Sulut) menggelar apel Satgas Cakra Buana di Lapangan Sparta Tikala, Kota Manado, Jumat (15/11/2024).
Apel diikuti ribu anggota satgas PDI-P di Sulut. Komandan Satgas Cakra Buana Nasional Komarudin Watubun yang juga Ketua DPP PDI-P bidang Kehormatan hadir langsung memimpin apel dan memberi pengarahan.
Hadir juga sejumlah pengurus struktur DPP PDI-P lainnya. Turut hadir Letjen TNI (Purn) Ganip Warsito yang juga Wadan Satgas Nasional Cakra Buana PDI-P.
Terlihat juga hadir pengurus sturktur PDI-P baik DPD hingga DPC, seperti Wakil Ketua DPD PDI-P Sulut Steven Kandouw, Sekretaris PDI-P Sulut Reza Rumambi, Bendahara PDI-P Sulut Andrei Angouw, hingga Letjen TNI (Purn) Alfred Denny Tuejeh. Juga hadir para anggota DPRD Provinsi dan kabupaten/kota dari PDI-P.
Komarudin mengatakan, kami lakukan apel satgas ini mulai dari ujung Sumatera, Medan, Sulut, Jogja, Jawa Timur, dan akan ke Marauke lagi.
“Di mana ada tempat ada informasi diintimidasi di situ kita datang, kita tunjukkan bahwa kita ada,” kata dia saat memberikan sambutan dan arahan dalam apel.
Komarudin menegaskan, pihaknya tidak pernah takut dengan siapa pun.
“Siapa langkah-langkah yang mau menghambat kebabasan rakyat dalam pesta demokrasi, lawan! Partai ini lahir sebagai pejuang bukan sebagai pengecut apalagi sebagai pengkhianat,” tegas dia.
Komarudin juga menyentil soal alat negara seperti aparat TNI dan Polri.
“Alat negara itu TNI Polri dibayar untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Termasuk menjaga jalannya demokrasi tidak boleh ada ‘cawe-cawe’,” sebut dia.
Dia juga mengingatkan kepada Satgas PDI-P jangan setelah apel rame-rame kemudian pulang tidur.
“Pulang mengawasi daerah di mana saudara-saudara ada. Datang hari pemilu TPS-TPS dijaga. Dijaga sampai perhitungan suara selesai. Ada alat rekam direkam semua. Itu bagian alat alat bukti,” ujar Komarudin.
“Mulai dari sekarang buat patroli. Lawan intimidasi. Intimidasi hanya ada di zaman kolonial dulu. Jadi sangat lucu, sangat naif kalau kita merdeka masih ada otak-otak begitu. Itu ngak pas itu,” kata dia. (ivo)