TERAS, Manado- Puluhan sopir angkutan kota (angkot) mikrolet menggelar aksi demo di Kantor DPRD Sulawesi Utara, Selasa (16/11). Mereka menuntut pemerintah menaikan tarif angkutan kota dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.400
David Kadeger, sopir angkot Paal Dua mengatakan, tuntutan kenaikan tarif ini sangat beralasan. Sebelumnya, para sopir membeli premium dengan harga Rp 6.450.
“Tiba-tiba peremium hilang dari SPBU, khusus di Kota Manado. Pemerintah lewat Pertamina hanya menjual BBM jenis Pertalite Rp 7.250. Berselang beberapa waktu harga Pertalite naik menjadi Rp 7.850,” ungkap David saat menyampaikan aspirasi.
Menurut dia, dengan kebijakan pemerintah itu, para sopir angkot tidak ada pilihan.
“Pemerintah paksa kita harus beli ini. Kondisi ini membuat kami tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan di rumah,” ujarnya.
Dia menyebutkan, rata-rata para sopir angkot mendapatkan penghasilan Rp 150.000 per hari. Jumlah itu harus dibagi tiga, pemilik angkot, bensin, dan sopir.
“Jadi, kita pulang ke rumah hanya bawa Rp 50.000,” sebut David.
Dengan adanya kenaikan harga BBM dari Rp 6.450 menjadi Rp 7.850 selisinya Rp 1400.
“Selisi itu yang harus kita tambah membeli satu liter Pertalite,” katanya.
Dengan harga BBM yang sudah lebih mahal, kata dia, harus dirubah tarif yang ada.
“Kita berharap tarif menjadi Rp 5.400,” harap David.
David pun mempertanyaan stok Premium yang ada di Kota Manado.
“Ada informasi Premium bukan tidak ada, tapi dialihkan dari dalam kota ke luar daerah, seperti Minahasa Utara, Bitung dan daerah Tomohon masih ada Premium. Kenapa seperti ini? Apa yang terjadi? Kasihan sopir angkot,” ucapnya.
Menanggapi keluhan para sopir angkot ini, anggota Komisi III DPRD Sulut Ayub Alih mengatakan, menaikan harga tarif harus disertai dengan surat keputusan (SK) kepala daerah.
“Jadi, bukan kemauan pribadi-pribadi,” tutur Ayub saat menerima aksi demo tersebut.
Saat itu juga, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu langsung menghubungi pihak Pertamina wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Sulutgo).
Pembicaraan dengan Pertamina didengarkan Ayub kepada para sopir yang melakukan aksi.
Sales Area Manager Pertamina Sulutgo Tito Rivanto menjelaskan, pihaknya sudah ada program lagit biru dan sudah dikonumikasi dengan Gubernur Olly Dondokambey dan Wali Kota Manado Andrei Angouw.
“Memang sesuai arahan pemerintah, untuk Premium kita sesuaikan penyalurannya supaya sesuai dengan kualitas bahan bakar. Jadi kita bertahap menyesuaikan penyaluran premium,” sebutnya.
Ia menambahkan, Premium tidak langsung dihilangkan, tapi bertahap.
“Dan kita sudah komunikasikan dengan Gubernur dan Wali Kota, dan sudah ada dukungan tertulis dari pemda,” katanyam
Untuk Kota Manado sendiri sudah tidak ada lagi Premium mulai Maret kemarin dan sudah sekitar delapan bulan berjalan sampai sekarang.
Lanjut dia, pihaknya juga memberikan diskon untuk Pertalite.
“Kemarin kita memang ada program memberikan diskon, tapi ada batas waktu. Jadi kita tidak bisa memberikan secara terus menerus. Diskonya sudah habis awal bulan ini,” ujarnya.
Dia berharap, DPRD Sulut bisa membantu berkoordinasi dengan pihak Pemkot Manado terkait tarif.
“Karena tarif tidak diranah kami. Jadi mohon Pak Ayub dibantu koordinasi dengan Pemkot Manado,” harapnya.
Ayub sendiri mengatakan kepada para sopir, dirinya akan mengawal aspirasi tersebut.
“Laporan ini akan saya sampaikan kepada Ketua DPRD. Saya juga siap membantu para sopir untuk bertemu dengan Wali Kota Manado menyampaikan keluhan dan tututan ini. Semoga ke depan ada solusi,” tandas Ayub. (SMM)