TERAS, Manado– Meski Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sulawesi Utara baru akan digelar tahun 2024 nanti, namun berbagai polling untuk mengangkat figur-figur yang akan dijagokan mulai marak beredar. Fenomena ini pun menarik perhatian banyak kalangan, termasuk pengamat kepemiluan, Ferry Daud Liando.
Akademisi Fisipol Unsrat Manado itu mengatakan bahwa polling tersebut terlalu dini dilakukan, karena Pilkada baru akan dilaksanakan November 2024 nanti.
“Perkembangan politik masih sangat dinamis. Sehingga fenomena hari ini belum tentu akan sama dengan 2024 nanti. Hasil poling jauh dari absolut,” ungkap Liando ketika dimintai tanggapannya, Kamis (10/3/2024) malam.
Ia mengatakan harusnya pembuat polling memberikan edukasi kepada masyarakat dengan mencantumkan identitas pembuat polling dan apa motif dibaliknya.
“Polling tidak sama dengan survei karena belum tentu hasilnya rasional. Tak bisa dipertanggung jawabkan secara akademis, sehingga kurang representatif,” terang dia.
Liando menjelaskan, mekanisme polling hanya memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang menerima aplikasi. Sementara mereka yang belum mendapatkan, tidak mungkin mengisi.
“Selain itu, tingkat penyebaran wilayah yang mengisi polling kerap tidak berimbang. Masyarakat di bagian pinggiran, perbatasan atau pedesaaan tidak mungkin menerima aplikasi polling. Bukan hanya itu, poling juga biasanya tidak menggunakan metodologi sebagai alat analisis,” jelasnya.
Ia menduga kegiatan polling tersebut berkaitan dengan konspirasi oleh pihak yang ingin mengubah konstalasi politik di daerah. Apalagi, hubungan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Steven Kandouw sangat harmonis.
“Yang terangkat sekarang adalah Steven Kandouw. Bisa saja ada yang merasa terganggu dan ingin membenturkan hubungan baik Olly-Steven,” ucapnya.
“Bisa diduga ada pihak yang kuatir Steven Kandouw bakal direkomendasikan Olly Dondokambey sebagai penerus dirinya,” tambah dia.
Ia menuturkan, hasil-hasil polling seolah telah melampaui otoritas Olly Dondokambey sebagai penentu siapa calon yang akan menggantikannya kelak.
Lanjut dia, jika konspirasi ini berhasil, kemudian Olly Dondokambey merasa otoritasnya dilampaui, bisa saja kepercayaan terhadap Steven Kandouw berubah.
“Dalam dunia politik, teori konspirasi seperti ini bukan hal aneh. Dan Jika konspirasi berjalan mulus, maka menguntungkan aktor penggagasnya. Konspirasi sering diistilahkan perang tanpa menggunakan senjata. Hipotesis ini belum tentu benar. Masih perlu waktu panjang membuktikannya,” tutupnya. (YSL)