TERAS, Manado- Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey menghadiri peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja GMIM Pinaesaan Yosua Griya Paniki Indah (GPI) yang berlokasi di jalan Lengkeng XVI, Minggu (10/7/2022).
Ibadah tersebut dipimpin Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM Pdt. DR. Hein Arina.
Dalam sambutannya Gubernur Olly mengatakan, atas nama pemerintah mengucapkan selamat kepada jemaat GMIM Pinaesaan Yosua yang mempunyai tekad kebersamaan dalam rangka membangun sarana prasarana rumah ibadah.
“Kami mengucapkan terima karena apa yang menjadi tanggung jawab bersama dalam rangka membangun rumah Tuhan, walupun dalam suasana Pandemi Covid-19 belum menghilang dari seluruh muka bumi. Tapi kita semua mempunyai harapan yang besar dalam rangka membangun sarana dan prasarana untuk membentuk jemaat-jemaat yang baru dalam rangka pendekatan pelayanan yang lebih baik di tengah-tegah masyarakat,” katanya.
Ditambahkannya, dalam perenungan telah diajarkan, betapa sulit memberikan suatu pemahaman ketika ada pemekaran jemaat yang baru.
“Kalau membangun itu pasti terbangun. Tetapi, susah bagaimana membangun jemaat-jemaat yang baru di dalam suasana seperti saat ini. Saya kira, Pemerintah Sulut tidak akan membiarkan sendiri bagi jemaat Pinaesaan Yosua membangun sarana dan prasarana gedung gereja,” ujarnya.
Olly Dondokambey yang juga Ketua Majelis Pertimbangan Harian (MPH) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dari unsur non pendeta, mengajak jemaat untuk bergotong royong dan menjadi berkat.
“Jemaat Pinaesaan Yosua mari bersama-sama gotong royong untuk membangun gereja ini, ketika terus bersama-sama semua pasti akan terwujud,” kata Olly.
Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan Gedung Gereja GMIM Pinaesaan Yosua GPI Reza Rumambi mengatakan, harapan pembangunan gereja sudah ada dari tahun 2019, karena pandemi Covid-19 maka rencana pembangunan gereja nantinya jadi di tahun 2022.
“Dalam kemurahan Tuhan pada kita semua maka hadir Bapak Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang menjadi bagian dalam pembangunan gereja,” kata Rumambi yang juga Ketua P/KB GMIM Pinaesaan GPI.
Rumambi yang juga Wakil Ketua BPMJ GMIM Pinaesaan GPI mengatakan, setelah doa dan harapan bersama Jemaat Pinaesaan bakal memiliki gereja pemekaran.
“Di hari yang berbahagia ini, setelah berapa lama waktunya kita menunggu dan hadirilah kesempatan jemaat untuk memiliki gereja pemekaran. Dari tahun 2019 sudah direncanakan, tapi Tuhan belum berkenan. Akhirnya di tahun 2022 baru ada ini waktu bersyukur karena Tuhan telah memberikan berkat, memandang bersama kita membangun gereja pemekaran, persiapan membangun gereja nantinya,” kata Rumambi.
Sekretaris P/KB Sinode GMIM ini menambahkan, semua rencana yang dilakukan di tahun 2019, kemampuan keuangan gereja Pinaesaan sudah cukup untuk membangun gereja pemekaran, tapi belum waktu Tuhan.
“Sama seperti kisah Musa, Tuhan hanya mengatakan bisa lihat dari jauh ini tanah yang dijanjikan Tuhan dan Tuhan mempersiapkan Yosua. Sama seperti Daud, dirinya dengan segala kekuasaannya tapi Tuhan tidak mengijinkan bagun bait suci, Salomo Tuhan ijinkan,” ujar Rumambi.
“Makanya, kita tidak tahu kenapa waktu yang lalu Tuhan tidak mengizinkan untuk membuat ini, tapi toranglah saat ini masa pelayanan 2022-2026 yang akan menjadi Yosua, menjadi Salomo supaya torang bisa bangun gereja Tuhan ini,” tambahnya.
Menurut Rumambi, pembagunan gereja pemekaran adalah tugas mulia yang dipercayakan.
“Ini merupakan tanggung jawab bersama. Pembangunan gereja pemekaran ini diambil dari kas jemaat, berarti ini semua hasil jemaat melalui pemberian-pemberian. Setelah kita canangkan bersama maka kita akan gerakan bersama semua daya usaha untuk pembangunan ini, kita semua akan gotong royong dalam pembuatan gereja,” sebutnya.
Sementara itu, dengan mengambil pembacaan Alkitab Mazmur 34:1-22, Ketua BPMS GMIM Pdt. DR. Hein Arina dalam perenungannya mengatakan, bagun gereja tentu susah.
“Tapi lebih berat lagi membangun jemaat yang otonomi, tujuannya adalah bagaimana jemaat ini akan menjalankan pelayanan demi kemuliaan Tuhan Yesus,” kata Arina.
Ditambahkannya, dalam pembacaan Alkitab diajarkan untuk bersukacita dalam segala dan kecaplah betapa baik kasih Tuhan.
“Hal sukacita ini pun saya rasakan ketika hadir bersama-sama dengan Pelayanan Khusus dan jemaat yang hadir disini. Bangunlah gereja ini dengan sukacita,” ujarnya.
Arina pun berharap, jangan menunggu gedung gereja selesai, baru meresmikan jemaat.
“Banyak jemaat baru diresmikan masih dari tiang-tiang buluh atau tiang-tiang kelapa. Bagun jemaat bukan dalam pengertian batu-batu. Saya berharap jemaat Pinaesaan ini harus mengambil langkah lebih maju lagi,” harapnya.
“Kalau so ta tutup ka mari d p tenda dengan tiang buluh, bekeng jemaat. Namanya juga jemaat Pinaesaan Yosua. Teruslah membawa nama Pinaesaan, karena ini akan membawa hubungan historis dan emosional. Kalau menunggu gereja sampai 5 tahun depan biar dalam keadaan darurat jemaat harus diresmikan karena pengertian gereja dalam Alkitab sangat eksplisit dan jelas bahwa gereja itu bukan gedungnya, tapi gereja itu adalah orangnya,” tutupnya. (*)