TERAS, Manado – Grace Karundeng (18), mahasiswi asal Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ditemukan meninggal dunia di basement, Richmond Hill, Ontario, Kanada.
Wanita kelahiran 18 Mei 2003 itu merupakan mahasiswi Humber College, Toronto. Grace ditemukan meninggal, pada Sabtu (8/1/2022).
Informasi kematian mantan siswi Manado International School (MIS), itu sempat viral di media sosial.
Orangtua dan keluarga sangat terpukul mendengar kabar Grace telah meninggal.
Tessie Karundeng Sanchez, ibu dari Grace, mengatakan, informasi meninggalnya Grace didapat dari sang kakak yang juga berada di Kanada.
“Sabtu jam 3 sore waktu setempat, kakak Grace menelepon dan yang angkat ayahnya. Kakaknya saat itu langsung menagis,” kata Tessie saat diwawancara di rumah duka, Airmadidi, Minahasa Utara, tepatnya di depan Universitas Klabat, Minggu (9/1/2022) malam.
Ketika itu Grace dan kakaknya masih bertemu di apartemen. Saat itu kakaknya baru pulang kerja dan kemudian tidur. Saat kakaknya bangun dan mendapatkan informasi adiknya Grace telah meninggal di basement.
“Tapi dia (kakaknya) tidak diperbolehkan untuk melihat (jenazah adiknya),” ujarnya.
Untuk penyebab kematian, pihak keluarga belum mengetahui.
“Belum ada informasi penyebab kematian. Tadi pagi mereka dari kepolisian masih menunggu hasil otopsi,” ungkap Tessie.
Tessie menjelaskan, Grace tinggal bersama kakaknya di apartemen tante mereka di Kanada.
“Saya ada tiga adik di sana (Kanada). Mereka tinggal di apartemen salah satu saudaraku,” sebutnya.
Tessie mengaku sangat syok mendengar kabar anaknya yang bungsu telah meninggal.
“Sakit sekali hati ini. Berat rasanya mendengar kabar tersebut. Mereka hanya berdua kakak dan adik, Grace paling bungsu,” ucap ibu Grace sambil menyeka air matanya dengan tisu.
Tessie menyebutkan, Grace berangkat ke Kanada, pada tanggal 22 Agustus 2021.
“Kuliahnya baru mau masuk semester dua. Sedangkan kakaknya sudah masuk sementer enam,” tuturnya.
Jenazah Grace akan dikebumikan di Minahasa Utara.
“Nanti jenazah akan dibawa ke sini (Minahasa Utara). Pemulangan jenazah dikoordinasi dengan konsulat dari Toronto,” katanya.
Tessie mengaku, hampir setiap hari dirinya bersama suami berkomunikasi dengan Grace dan kakaknya di Kanada.
“Kita hampir setiap hari video call,” ucapnya.
Sosok Grace
Grace dikenal anak dengar-dengaran kepada kedua orangtuanya.
“Dia anaknya sangat baik dan tidak pernah melawan orangtua. Dia selalu mengikuti apapun kata orangtua,” tutur Tessie mengenang sosok anak bungsunya itu.
Kematian Grace juga menyisakan luka mendalam bagi teman-temanya.
Pantauan terasmanado.com di rumah duka, isak tangis pecah saat teman-temannya bertemu ibunya Grace.
Satu persatu temanya memeluk ibunya Grace sambil menangis. Saat itu, Ibu Grace sambil memengang foto anaknya yang sudah masukkan dalam bingkai.
“Dia anaknya manis. Teman-temanya sangat sayang sama Grace. Mereka sangat dekat dengan Grace,” sebut Tessie.
Tessie berharap, apapun hasil otopsi nanti, kematian anaknya tidak diungkit terus.
“Penyebabnya apa, ujung-ujungnya Grace sudah tidak ada. Apapun yang terjadi semoga tidak diungkit-ungkit,” ujarnya sambil memegang dada. (SMM)