MANADO – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Manado bekerja sama dengan Google News Initiative, menggelar kegiatan Workshop Jurnalistik bertemakan Profesionalisme dan Etika Jurnalis dalam Pemilu, di Hotel Gran Puri Manado, Jumat (17/11).
Dua orang wartawan senior tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Workshop ini. Willy Pramudya, anggota Majelis Etik AJI Indonesia, bicara tentang Profesionalisme dalam Peliputan Pemilu, di mana dirinya menjelaskan tentang kode etik jurnalistik dan kode perilaku yang harus ditaati jurnalis.
Narasumber kedua adalah Hasudungan Sirait dari Badan Penguji UKJ AJI Indonesia. Bang Has sapaan akrabnya, bicara mengenai Peraturan dan Hukum Pers dalam Menghindari Jeratan Pidana dan Perdata.
Sementara itu, Ketua AJI Indonesia, Sasmito Madrim, yang membuka kegiatan Workshop via Zoom, menjelaskan jika pers memiliki peran yang sangat penting menjelang Pemilu, terutama untuk memberikan informasi yang mencerahkan, bermanfaat dan kritis bagi masyarakat.
Untuk itu diharapkan, para jurnalis bisa bekerja dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalisme dan kode etik, sehingga mampu mendorong terciptanya pemilihan umum yang demokratis dan berkualitas.
“Pers memiliki peran penting untuk demokrasi yang baik. Untuk itu, AJI merasa perlu untuk mengadakan kegiatan workshop terkait peran pers dalam Pemilu agar para jurnalis bisa memberikan informasi yang benar dan mencerahkan untuk masyarakat,” kata Sasmito.
Diakui Sasmito, memang banyak tantangan untuk jurnalis bekerja secara profesional di dalam situasi dan gejolak politik. Apalagi di Indonesia, sebagian pemilik media massa adalah tokoh partai politik yang secara terang-terangan mendukung pasangan calon tertentu.
Belum lagi terkait tekanan dan ancaman dari massa pendukung peserta pemilu, di mana hal itu bisa menyulitkan jurnalis bekerja secara profesional.
Apalagi Indonesia menurut Sasmito, memiliki pengalaman Pemilu sebelumnya, di mana informasi yang beredar justru mencitakan polarisasi di tengah masyarakat.
“Selain itu kesejahteraan jurnalis yang belum layak atau jauh dari harapan, bisa menimbulkan potensi jurnalis berlaku tidak profesional,” ujar Sasmito.
“Untuk itu, AJI Indonesia menilai perlu sebuah pelatihan bagi para jurnalis untuk meliput Pemilu, dengan harapan para jurnalis mampu bekerja secara profesional, mematuhi kode etik jurnalistik dan kode perilaku jurnalis,” ujar Sasmito kembali.
Ketua AJI Manado, Fransiskus Marcelino Talokon, menyebutkan jika polarisasi pada Pemilu masih berpotensi terjadi. Dan mirisnya, polarisasi itu sering dilakukan oleh para jurnalis itu sendiri lewat pemberitaan yang cenderung berpihak ke calon yang didukung.
Hal inilah yang menurut Fransiskus menjadi keresahan tersendiri mengingat fungsi pers dalam demokrasi itu sendiri.
“AJI melihat hal ini penting untuk diberikan pemahaman. Lewat workshop ini, para jurnalis yang menjadi peserta akan lebih paham dan mau bersikap profesional serta menjunjung tinggi peran pers beserta kode etiknya,” kata Frans kembali. (IVO)