Manado – Anggota DPRD Sulut Louis Carl Schramm secara gamblang membeberkan hasil diagnosa persoalan rumah sakit (RS) milik pemerintah. Hal itu disampaikan Louis dalam rapat pembahasan LKPJ Gubernur bersama Dinas Kesehatan, UPTD, Direktur RS, Laboratorium, hingga Balai.
“Persoalaan klasik RS ada 3, yakni pertama bocor di mana-mana, harusnya seperti RS yang sudah manajemen BLUD harus bisa menyelesaikan. Kedua, persoalan internet harus berdiri sendiri tidak lagi bergantung pada Dinas Kominfo, dan ketiga yakni BPJS. Memang banyak yang harus diperbaiki,” kata Ketua Fraksi Gerindra ini.
Lanjut dia, di RS ODSK ia melihat ada beberapa permasalahan yakni kesiapaan RS untuk menunjang alat hyperbalic, melakukan diving dan tiga minggu lalu, ada turis jerman dekompresi, bahwa puskesmas tidak bisa.
Louis juga menyoroti belum adanya alat hyperbarik di RS ODSK serta ruang pasien satu dengan lainnya yang tanpa gorden.
“Saya berkunjung ke RS ODSK, saya pergi meninjau ke kelas 2, saya kaget tidak ada gorden. Jadi bagaimana orang yang saki, lalu tidur kena matahari. Saya ingatkan penting untuk keyamanan pasien, demikian ruang VVIP yang baru tersedia satu. Di sana keunggulan adalah pasien cuci darah ada 25 pasien tetapi yang digunakan hanya 7 atau 8. Itupun tidak maksimal. Persoalan ini harus diselesaikan, sampaikan ke BSG CSR mereka arahkan ke RS, kita kedepan banyak ivent nasional yang akan dipusatkan di Sulut,” tegas Louis.
Louis juga menyoroti Persoalan di RS Noongan yang seakan tidak pernah tuntas, mulai dari persoalan sepitac, ruangan bocor , bed dan berbagai hal. Sedangkan di RS.Manembo Nembo Louis berharap agar persoalan parkir dapat diatasi.
PLT Kadis Kesehatan Provinsi Sulut, dr. Rima F Lolong tak menampik berbagai persoalan yang terjadi di bidang kesehatan dan berjanji akan terus melalukan pembenahan dan berharap dukungan DPRD Sulut.
Direktur RSUP ODSK, dr. Lidya Tulus. dalam kesempatan ini menjelaskan Untuk hyperbarik RS ODSK memiliki ruangan dan di sudah siap sesuai master plan RS yang dibangun dari awal adalah untuk alat hyperbarik, tetapi alatnya itu belum tersedia.
“Jadi kami rrharap bisa dianggarkan di tahun 2025 pada APBD perubahan, karena mesin atau alat hyperbarik ini tidak bisa didapatkan dari Kementerian Kesehatan. Dari Kementerian Kesehatan hanya menyediakan, untuk layanan – layanan yang prioritas, sedangkan hyperbarik mungkin masih masuk dalam layanan inovasi sesuai kebutuhan daerah – daerah tertentu,” ungkap Tulus.
Dirinya juga tak menampik jika RS ODSK membutuhkan dana untuk pengadan gorden bagi pasien . demikian untuk Layanan Hemodialisa cuci darah yang tidak lagi difungsikan akibat keterbatasan vendor.