TERAS, Manado- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Sherly Tjanggulung menyampaikan kekecewaannya terhadap sikap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) soal bantuan-bantuan bencana ke daerah pemilihannya Nusa Utara.
Tjanggulung menyorot kinerja BPBD yang minim koordinasi dengan legislator dapil Nusa Utara saat memberikan bantuan. Akibatnya, banyak bantuan yang tidak tepat tersalur.
“Saya dengar ada bantuan yang diserahkan. Tapi tanpa komunikasi dengan kami anggota DPRD dari dapil Nusa Utara. Bukan hanya saya, tapi juga ada Pak Toni Supit dan Ronald Sampel, yang semua kami adalah anggota Komisi III yang bermitra dengan BPBD,” ungkap Tjanggulung dalam hearing dengan BPBD di Kantor DPRD Sulut, Selasa (5/7/2022).
Politisi Partai NasDem menyebut, banyak pertanyaan warga soal bantuan bencana yang tidak tersalurkan dengan baik.
“Warga mengira, ini anggota dewan hanya stor muka saat bencana. Tapi bantuan tidak pernah datang,” sindirnya.
Ia pun berharap BPBD Provinsi Sulut melakukan komunikasi dan koordinasi saat turun ke daerah-daerah yang menjadi korban bencana.
Hal serupa dikatakan Anggota Komisi III Toni Supit yang juga adalah wakil rakyat dapil Nusa Utara. Ia berterima kasih kepada Tjanggulung yang sudah menyampaikan soal komunikasi dengan BPBD.
“Saya jadi teringat dengan perkataan Pak Winsu (almarhum Winsulangi Salindeho, anggota DPRD dapil Nusa Utara, red) yang disampaikannya di rapat paripurna. Nusa Utara hanya ada di peta, tapi tidak ada di APBD,” ungkapnya kecewa.
Ia mengatakan lagi, bahwa bantuan-bantuan bencana dari provinsi datang terlambat dan jumlahnya sedikit.
“Ini mengecewakan. Saya hanya bisa tepuk dada, bahwa penanganan bencana di darat lebih siap jauh daripada penanganan di kepulauan,” ungkapnya.
“Apakah kami ini bagian dari Sulut atau bagaimana?” sambungnya.
Padahal, katanya, di Nusa Utara ada gunung berapi paling aktif seperti di Sitaro dan Talaud, juga sering dilanda bencana angin puting beliung.
“Ini harus jadi perhatian semua pihak,” tegasnya.
Apa yang disampaikan Tjanggulung dan Supit, langsung ditanggapi Kepala BPBD Sulut Joy Oroh. Ia membeberkan ketersedian logistik yang diakuinya sangat minim.
“Untuk stok logistik kami di BPBD Sulawesi Utara sampai dengan bulan ini, yang dari APBD tinggal ada teh dan gula. Untuk bantuan sisa dari BNPB tinggal perlengkapan keluarga 18 buah, sandang dua buah, perlengkapan sekolah 14 buah, kemudian tikar anyaman tinggal 4 buah. Itu stok yang ada di gudang,” ungkap Oroh.
“Sedangkan untuk APBD, sementara pengadaan tahun ini sebesar Rp 150 juta untuk anggara logistik kita di tahun 2022 ini. Di antaranya matras 100 buah, selimut 200 buah, tikar 100 buah,” tambah dia lagi.
Oroh mengakui bahwa jika pihaknya kelabakan memberikan bantuan jika ada bencana besar di kepulauan.
“Kita berupaya setiap kejadian bencana biasanya Pak Sekprov langsung WA masing-masing SKPD kirim bantuan ke BPBD. Terutama makanan siap saji dan minuman. Itu yang kita bawa,” katanya. (*)