Manado – Harga beras mengalamai kenaikan signifikan di wilayah Sulawesi Utara (Sulut) beberapa pekan ini. Warga mulai mengeluhkan tingginya harga beras dan berharap pemerintah segera turun tangan.
Kondisi ini sebagaimana diungkap Anggota DPRD Provinsi Sulut Partai Angelia Regina Wenas, SE saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi II bersama perangkat daerah terkait yakni Dinas Pertanian, Pangan, Perindag, dan Bulog, Senin (14/07/2025).
Personel Komisi II itu mengungkapkan, ia telah melakukan diskusi bahkan penelusuran di pabrik atau pengusaha penjual beras di daerah ini. Ternyata produksi beras lokal menurun, akibatnya mereka membeli beras dari luar baik Palu maupun Makassar yang tentunya biaya transporasti jauh lebih mahal yang berimbas pada harga beras yang naik.
“Saya bertanya kepada teman saya yang juga pelaku usaha beras apa pemicu harga beras naik, ternyata produksi beras lokal menurun karena banyak faktor,” kata Angelia.
Wakil Ketua DPD GAMKI Sulut tahun 2024 ini juga meminta agar Dinas Pertanian membantu masyarakat guna menaikkan hasil produksi, baik bibit dan pupuk gratis juga perbaikan irigasi.
“Kami selalu menerima keluhan soal sulitnya mendapatkan pupuk, belum lagi irigasi banyak yang rusak,” ungkapnya.
Legislator dapil Bolmong Raya itu menyatakan bahwa warga Bolmong yang berprofesi nelayan dan petani, sudah tidak sanggup membeli beras yang mahal.
“Harga beras premium di Kotamobagu biasanya Rp 700.000 per sak atau 50 Kg, kini berada diangka Rp 1 juta lebih,” sebut Angelia.
“Di Bolmong Raya paling banyak petani dan nelayan, dorang mencari itu hanya untuk satu hari, kasihan kalau dorang nda dapat ikan mau beli beras dengan apa? Mau makan pisang mau makan ubi kasihan anak-anak, sebab yang menentukan juga torang pe anak-anak kedepan mestinya ada asupan gizi,” kata Angelia.
Di sisi lain, Angelia meminta keseriusan Dinas Pertanian untuk merespon setiap keluhan petani terutama ketersediaan infrastrukur yang memadai serta memaksimalkan bantuan bibit dan pupuk.
“Salah satu juga masukan bagi Dinas Pertanian soal perbaikan irigasi, semua petani bilang, ibu bagaimana torang mo batanam tetapi irigasi tidak diperbaiki dan kalau bisa juga disediakan bibit padi karena semua masyarakat Sulawesi Utara ini makan beras,” kata Angelia menyampaikan suara rakyat di dapilnya.
Pihak Dinas Pertanian mengakui jika saat ini banyak irigasi rusak, untuk itu pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai untuk perbaikan. Sementata terkait bantuan bibit dan pupuk harus disampaikan proposal bantuan. Namun untuk pupuk subsidi saat ini tersedia, bahkan serapannya baru 16 persen. (**)