TERAS, Manado– Wakil ketua Badan Anggaran (Banggar) Billy Lombok meminta Pemerintah Provinsi untuk lebih lagi memperhatikan kualitas pendidikan di Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya, berdasarkan data yang tercantum pada laman United Nations International Children’s Emergency Fund (Unicef), ada potensi 50 persen anak-anak di Sulut tak bisa menyelesaikan sekolah menengah.
Hal ini diungkapkan Lombok pada rapat pembahasan Rancangan APBD 2022 yang digelar Banggar bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), Senin (15/11/2021) siang.
Ia mengatakan data yang mencantumkan kualiras pendidikan di Sulut itu, memang mencapai akses universal jika di tingkat pendidikan dasar. Tapi pada data Unicef tersebut mencatat bahwa anak-anak dalam konteks (SD, SMP, SMA) semua, termasuk anak-anak, kurang dari 50 persen lebih rendah untuk menyelesaikan sekolah menegah.
“Ini ada menegah atas dan menegah pertama. Dibandingkan anak-anak yang paling kaya. Artinya ada potensi 50 persen anak-anak kita itu bisa tidak dapat menyelesaikan sekolah. Ini data Unicef yang mengatakan, bukan kami,” kata dia.
Ia melanjutkan, bahwa data tersebut juga menyatakan bahwa kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama. Dimana hanya seperempat anak-anak sekolah dasar mampu mencapai ambang batas nasional minimum dalam kemampuan membaca, dan satu dari tujuh anak dalam kemampuan matematika.
Artinya walaupun ini ada masalah di dasar tapi bagian juga tanggung jawab holistik oleh Pemerintah Provinsi.
“Nah, kami membayangkan apabila situasional pandemi ini terus berlarut. Dengan kondisi normal saja Unicef mencatat 50 persen lebih rendah untuk menyelesaikan sekolah. Apalagi nanti jika work from home maka kami berpandangan penting sekali untuk mengakomodir program. Apakah itu dalam DAK atau dalam bentuk apa saja ibu Kadis (Grace Punuh Kadis Pendidikan Daerah Sulut), untuk menyediakan anak-anak sekolah kita ini perlengkapan yang tepat seperti laptop atau sebagainya, seperti yang sudah diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan,” kata Lombok.
Dengan alokasi yang tertera, lanjut Lombok, di Sulawesi Utara, jika ia tidak salah hanya kurang lebih 100 atau 200 laptop yang diberikan alokasi ke masyarakat pada tahun ini.
“Nah, apa yang akan terjadi tahun depan? Apabila Delta Plus Covid-19 ini masuk di Sulawesi Utara, kita doakan dijauh-jauhkan, tapi harus ada tindakan prefentif. Sedangkan situasi normal saja sudah 50 persen lebih rendah untuk menyelesaikan sekolah, apalagi situasi pandemi yang berkelanjutan,” ucapnya lagi.
Ia menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bisa disebutkan sebagai aspirasi, imbauan maupun seruan.
“Tapi ini berdasarkan data. Ini diumumkan unicef di halaman website-nya. Jadi saya kira ini penting sekali untuk digaris bawahi. Saya kira ada dana DAK Rp203 miliar, yang katakanlah sesuai apa yang disampaikan pak Sekprov (Gemmy Kawatu) tadi sudah berhadap-hadapan dengan instansi yang menetapkannya atau dana non fisik sebagainya. Mungkin bisa dielaborasi sedemikian rupa, karena kemarin kami tahu di Komisi IV ibu Kadis sudah menyampaikan sudah ada sekitar Rp350 miliar untuk laptop. Tapi saya kira itu belum menjawab kebutuhan kebutuhan para siswa ketika kita membaca data dari Unicef ini,” tambah Lombok panjang.
Merespon apa yang disampaikan Lombok, Kadis Dikda Grace Punuh mengatakan bahwa Gubernur Olly Dondokambey sudah mengingatkan untuk membangun sistem digitalisasi sekolah.
“Dan memang ada kerinduan per SMA/SMK itu ada sistem berbasis computer dan smart phone. Kalau bisa dirancang bisa dimanfaatkan dengan E-System untuk semua program di sekolah. Sebagai informasi, pak gubernur adalah satu-satunya gubernur di Indonesia yang hattrick penghargaan Ki Hajar Dewantara dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” jawab Punuh. (YSL)