SITARO, TERASMANADO.COM — Tidak semua birokrat ditempa di balik meja, di ruang berpendingin udara, atau di balik tumpukan teori kebijakan. Sebagian justru lahir dari medan yang lebih sunyi namun nyata, dari jalan tanah, pelabuhan kecil, percakapan sederhana warga, dan gugusan pulau-pulau yang harus ditapaki.
Jacson Baginda merupakan salah satu di antaranya, sosok aparatur yang menapaki setiap tahapan karier melalui proses panjang dan nyata dalam pelayanan pemerintahan.
Ia tidak sekadar melintasi jabatan, ia menjalaninya. Tidak sekadar mengisi posisi, ia menghidupinya dengan kinerja.
Langkah awal pengabdiannya dalam jabatan strategis dimulai di Kelurahan Bahoi, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), saat ia dipercaya mengemban amanah sebagai Lurah.
Di sanalah ia pertama kali memahami bahwa kepemimpinan bukan tentang siapa yang paling didengar, tetapi siapa yang paling mau mendengar.
Dari Bahoi, jejak itu berlanjut. Beberapa tahun kemudian, lulusan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa, Sulawesi Selatan ini resmi dilantik sebagai Camat Tagulandang. Di wilayah kepulauan yang menguji kesabaran dan ketegasan dalam satu waktu yang sama, Jacson hadir tanpa jarak.
Bukan suara yang ia tinggikan, melainkan telinga yang ia buka. Ia memilih mendengar sebelum memerintah, berdialog sebelum memutuskan.
Di bawah kepemimpinannya, Kecamatan Tagulandang menapaki perubahan, penguatan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas layanan publik, dan cara kerja pemerintahan yang lebih baik. Ia tak hanya membangun wilayah, tetapi juga kepercayaan.
Waktu, yang semula mengujinya di lapangan, kemudian mempercayainya pada ruang yang lebih strategis sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadiskominfo) Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Di sana, ia memahami bahwa di era modern, pemerintah tidak cukup hanya bekerja benar, tetapi juga harus mampu menyampaikan kebenaran itu dengan jernih, terbuka, dan bertanggung jawab kepada publik.
Ia mendorong keterbukaan informasi, membangun jembatan komunikasi, dan menguatkan kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat, bahwa pelayanan yang baik dimulai dari informasi yang benar.
Kemudian, amanah berikutnya datang sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Di ruang yang senyap namun penuh dinamika itu, Jacson menjaga keseimbangan. Bukan hanya mengelola administrasi kenegaraan, tetapi ikut memastikan harmoni sosial dan persatuan tetap terjaga di tengah keberagaman kepentingan.
Tantangan tidak berhenti di sana. Ia dipercaya memimpin Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Kasat Pol PP dan Damkar). Di titik inilah ketegasan diuji paling keras, penegakan peraturan, ketertiban umum, dan kesiapsiagaan bencana.
Namun bagi suami tercinta Trisye Salindeho SPd ini, bahwa ketertiban tidak lahir dari rasa takut, melainkan dari kesadaran. Ia memilih pendekatan persuasif dan edukatif sebelum langkah represif diambil. Ia memahami bahwa yang dihadapi bukan sekadar pelanggaran, tetapi manusia.
Kini, tanggung jawab terbesarnya yang ia emban sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Kepulauan Sitaro. Di sinilah perannya menjadi lebih luas dan menentukan. Membentuk kualitas aparatur, menata sistem kepegawaian, dan membangun masa depan birokrasi.
Bukan hanya kecerdasan administratif yang yang menjadi tujuan, tetapi juga integritas, empati, dan kesadaran melayani.
Pengalaman lintas sektor menjadikannya pribadi dengan pandangan utuh tentang birokrasi modern, bahwa pemerintah yang kuat tidak dibangun oleh aturan semata, melainkan oleh manusia yang memiliki nurani dan tanggung jawab moral.
Di lingkungan kerja, Jacson dikenal terbuka terhadap masukan, tegas dalam prinsip, namun tetap menjunjung pendekatan humanis. Tegas tanpa menekan, ramah tanpa kehilangan wibawa.
Jejaknya, dari Bahoi, Tagulandang, hingga pusat pengembangan aparatur daerah, di Kepulauan Siau bukan sekadar cerita tentang karier, melainkan kisah tentang kesetiaan, konsistensi, dan kemauan keras untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Sejatinya, ketika kepercayaan diberikan, maka itu adalah amanah yang harus dijalankan sebaik mungkin. Karena amanah bukan pujian, melainkan tanggung jawab,” demikian ungkap Jacson, pria kelahiran 3 November 1978 ini.(***)



